Contoh Cerpen Remaja " Cinta Mustajab di 2 raka'at Malam "

November 01, 2018

Cinta Mustajab di 2 Raka’at Malam
Goresan tinta: Mochamad David Hariono




Sang malam mulai tenggelam awanpun hilang tak terlihat. Angin yang berhembus menggerakkan dedaunan,diiringi jeritan jangkrik menjadikan malam ini sunyi tanpa Doa. Aku pun meniatkan diri tuk bersembahyang dimalam ini. Segeraku menyucikan diri dengan air suci. Ku tengok keatas pada dua jendela yang sedikit terbuka. Terlihat kerlap-kelip bintang menyinari alam semesta. Kulanjutkan langkah menuju Sang Illahi. Kubentangkan lembaran sajadah menghadap kiblat dengan hiasan bunga warna merah serta helaian benang kuning yang berjajar. Aku kerjakan Sholat 2 raka’at yaitu sholat Tahajud.
Dalam doaku meminta “ Ya Allah ampunilah dosa hamba,dosa kedua orang tua hamba. Jadikanlah keluarga hamba sebagai penghuni surgaMu. Ya Robb, engkau yang maha Pemberi,berikanlah rezeki kepada kedua orang tua dan kakak hamba. Jadikanlah rezeki halal maupun barokah bagi keluarga hamba. Ya Allah berikanlah hambamu ini jodoh yang terbaik untuk menjadi pasangan hidup di dunia dan akhirat kelak, Aamin”. Kudengar jam dinding yang berdetak dan menunjuk pukul 03.00 malam. Ku ambil handphone dan bergegas beralih menuju meja belajarku. Dalam hatiku terbenakkan seseorang yang aku menyimpan rasa padanya. Entah apa aku sedang jatuh cinta atau terlalu berhalusinasi.
Ku buka Whatsap dan kurangkai sebuah kalimat hingga tersusun, “Hay Brina,aku boleh omong sesuatu padamu?”. Dua menit kemudian handphone ku berdering terlihat pesan masuk dari Brina.”Hallo, ehh tumben malam-malam begini kamu kok chat aku,emangnya kamu mau ngomong apaan?”. Brina mendapat filling yang baik entah merasa bangga karena pesan atau merasa bahwa ia akan ditembak untuk menjadi kekasihnya.
Aku pun membalas pesan dari Brina dengan girang,karena dia masih menyalakan data handphone. Kuragkai sebuah kalimat hingga tertulis,” hmm,maaf ya aku menggangg waktu tidurmu. Sebenarnya aku tak mau mengatakan ini, namun sangat perih bagai tersayat irisan bambu jika terus ku pendam. Jujur ketika aku melihat wajahmu hatiku terasa berdetak kencang hingga tak kuasa berbicara dengan mu. Lidahku gugup tak bergerak. Hanya dalam pesan ini aku bisa mengatakan,sesungguhnya aku mempunyai rasa cinta denganmu,aku sadar apa kekuranganku yang tak pantas mengutarakan ini padamu. Tapi hati ini tak bisa ku elak”.Brina pun membaca pesanku hingga meneteskan permata putih dari wajahnya sebagai tanda kebahagiaan. Hingga tak sadar tangannya sambil membalas pesan.”Aku pun merasa begitu,namun sebagai wanita aku malu mengungkapkannya. Jika malam ini aku ditakdirkan harus jujur padamu,aku sebenarnya sangat cinta kepadamu. Disetiap Doaku mengucapkan jagalah hati dan cintaku hanya dan atas mu Ya Allah,janganlah kau biarkan setiap langkah dan hentakan hati ini melangkah selain cinta selain dari dan untuk-Mu. Berilah jodoh pada hambamu yang soleh dan dapat menjadi imam yang membawa ke surga nanti”.
Handphone ku kembali berdering kencang. Terlintas pesan dari Brina. Aku membacanya hingga setetes air mata mengalir dipipi tak kurasa. Balasanku kepada Brina,” maukah kamu menjadi pasangan hidupku? Menemani aku saat senang dan memberi suport saat aku berduka”. Tanpa pikir panjang Brina menerima,” iya aku mau jadi pasanganmu Rio,aku harap kamu bisa menjadi imam terbaik bagiku dan tentunya bagi keluargaku nanti,Aamiin.
TAMAT