Cinta Mustajab di 2
Raka’at Malam
Goresan tinta: Mochamad David Hariono
Sang
malam mulai tenggelam awanpun hilang tak terlihat. Angin yang berhembus
menggerakkan dedaunan,diiringi jeritan jangkrik menjadikan malam ini sunyi
tanpa Doa. Aku pun meniatkan diri tuk bersembahyang dimalam ini. Segeraku
menyucikan diri dengan air suci. Ku tengok keatas pada dua jendela yang sedikit
terbuka. Terlihat kerlap-kelip bintang menyinari alam semesta. Kulanjutkan
langkah menuju Sang Illahi. Kubentangkan lembaran sajadah menghadap kiblat
dengan hiasan bunga warna merah serta helaian benang kuning yang berjajar. Aku
kerjakan Sholat 2 raka’at yaitu sholat Tahajud.
Dalam
doaku meminta “ Ya Allah ampunilah dosa hamba,dosa kedua orang tua hamba.
Jadikanlah keluarga hamba sebagai penghuni surgaMu. Ya Robb, engkau yang maha
Pemberi,berikanlah rezeki kepada kedua orang tua dan kakak hamba. Jadikanlah
rezeki halal maupun barokah bagi keluarga hamba. Ya Allah berikanlah hambamu
ini jodoh yang terbaik untuk menjadi pasangan hidup di dunia dan akhirat kelak,
Aamin”. Kudengar jam dinding yang berdetak dan menunjuk pukul 03.00 malam. Ku
ambil handphone dan bergegas beralih menuju meja belajarku. Dalam hatiku
terbenakkan seseorang yang aku menyimpan rasa padanya. Entah apa aku sedang jatuh
cinta atau terlalu berhalusinasi.
Ku
buka Whatsap dan kurangkai sebuah kalimat hingga tersusun, “Hay Brina,aku boleh
omong sesuatu padamu?”. Dua menit kemudian handphone ku berdering terlihat
pesan masuk dari Brina.”Hallo, ehh tumben malam-malam begini kamu kok chat
aku,emangnya kamu mau ngomong apaan?”. Brina mendapat filling yang baik entah
merasa bangga karena pesan atau merasa bahwa ia akan ditembak untuk menjadi
kekasihnya.
Aku
pun membalas pesan dari Brina dengan girang,karena dia masih menyalakan data handphone.
Kuragkai sebuah kalimat hingga tertulis,” hmm,maaf ya aku menggangg waktu
tidurmu. Sebenarnya aku tak mau mengatakan ini, namun sangat perih bagai
tersayat irisan bambu jika terus ku pendam. Jujur ketika aku melihat wajahmu
hatiku terasa berdetak kencang hingga tak kuasa berbicara dengan mu. Lidahku
gugup tak bergerak. Hanya dalam pesan ini aku bisa mengatakan,sesungguhnya aku
mempunyai rasa cinta denganmu,aku sadar apa kekuranganku yang tak pantas
mengutarakan ini padamu. Tapi hati ini tak bisa ku elak”. Brina pun membaca pesanku hingga meneteskan permata putih dari wajahnya sebagai tanda
kebahagiaan. Hingga tak sadar tangannya sambil membalas pesan.”Aku pun merasa
begitu,namun sebagai wanita aku malu mengungkapkannya. Jika malam ini aku
ditakdirkan harus jujur padamu,aku sebenarnya sangat cinta kepadamu. Disetiap
Doaku mengucapkan jagalah hati dan cintaku hanya dan atas mu Ya Allah,janganlah
kau biarkan setiap langkah dan hentakan hati ini melangkah selain cinta selain
dari dan untuk-Mu. Berilah jodoh pada hambamu yang soleh dan dapat menjadi imam
yang membawa ke surga nanti”.
Handphone
ku kembali berdering kencang. Terlintas pesan dari Brina. Aku membacanya hingga
setetes air mata mengalir dipipi tak kurasa. Balasanku kepada Brina,” maukah kamu
menjadi pasangan hidupku? Menemani aku saat senang dan memberi suport saat aku
berduka”. Tanpa pikir panjang Brina menerima,” iya aku mau jadi pasanganmu
Rio,aku harap kamu bisa menjadi imam terbaik bagiku dan tentunya bagi
keluargaku nanti,Aamiin.
TAMAT